Morfologi
dan Pewarnaan Mikroba
A. Mengamati Morfologi Koloni
Bakteri
Kegiatan ini
merupakan tindakan pertama kali jika ingin mempelajari suatu jenis bakteri
lebih lanjut, khususnya untuk tujuan identifikasi. Setelah mendapatkan kultur
murni maka biakan yang diinginkan ditumbuhkan ke berbagai bentuk media untuk
dikenali ciri koloninya.
Cara
Kerja :
1) Tumbuhkan
biakan pada media NA cawan dengan streak kuadran
2) Tumbuhkan
biakan pada media NA miring dengan pola inokulasi yang tegak lurus
3) Tumbuhkan
biakan pada media NA tegak dengan stab inoculation
4) Tumbuhkan
biakan pada media NB
1.
Pertumbuhan
Pada Cawan Petri
Ciri-ciri yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Ukuran
: Pinpoint atau Punctiform (Titik)
b. Small
(Kecil)
c. Moderate
(Sedang)
d. Large
(Besar)
Pigmentasi
mikroorganisme
kromogenik sering memproduksi pigmen intraseluler, beberapa jenis lain
memproduksi pigmen ekstraseluler yang dapat terlarut dalam media.
a. Karakteristik Optik
Diamati
berdasarkan jumlah cahaya yang melewati koloni.
1) Opaque (tidak dapat ditembus cahaya)
2) Translucent (dapat ditembus cahaya
sebagian)
3) Transparant (bening)
b. Bentuk
1) Circular
2) Irregular
3) Spindle
4) Filamentous
5) Rhizoid
c. Elevasi
1) Flat
2) Raised
3) Convex
4) Umbonate
d. Permukaan
1) Halus
mengkilap
2) Kasar
3) Berkerut
4) Kering
seperti bubuk
e. Margins
1) Entire
2) Lobate
3) Undulate
4) Serrate
5) Felamentous
6) Curled
B. Pewarnaan Mikroba
Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan
mikroskop dengan perbesaran 100 x
10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat
ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk
memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri.
Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel
bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan.
Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada
zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor
dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang
berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih
banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan
sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue,
Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan zat warna basa antara
lain Eosin, Congo Red dll.
Adapun dibawah
ini adalah beberapa pewarnaan mikroba sebagai berikut :
1.
Pewarnaan
Sederhana
a. Pewarnaan positif
b. Pewarnaan negatif
2.
Pewarnaan
Diferensial
a.
Pewarnaan gram
b.
Pewarnaan acid fast dll.
3.
Pewarnaan
Khusus
a.
Pewarnaan endospora
b.
Pewarnaan
flagella dll.
2. Pewarnaan Sederhana (Pewarnaan Positif)
Sebelum
dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas object glass yang kemudian
difiksasi. Jangan menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat, tapi jika
suspensi bakteri terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan saat mencari
bakteri dengan mikroskop. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan
melekatkan sel bakteri pada object glass tanpa merusak struktur selnya.
Cara Kerja :
1. Bersihkan object glass dengan kapas
2. Jika perlu tulislah kode atau nama bakteri pada sudut
object glass
3. Bila menggunakan biakan cair maka pindahkan setetes
biakan dengan pipet tetes atau dapat juga dipindahkan dengan jarum inokulum.
Jangan lupa biakan dikocok terlebih dahulu. Jika digunakan biakan padat, maka
biakan dipindahkan dengan jarum inokulum, satu ulasan saja kemudian diberi
akuades dan disebarkan supaya sel merata.
4. Keringkan ulasan tersebut sambil memfiksasinya dengan
api bunsen (lewatkan di atas api 2-3 kali)
5. Setelah benar-benar kering dan tersebar selanjutnya
ditetesi dengan pewarna (dapat digunakan Methylen blue, Safranin, Crystal
Violet) dan tunggu kurang lebih 30 detik.
6. Cuci dengan akuades kemudian keringkan dengan kertas
tissue
7. Periksa dengan mikroskop (perbesaran 100 x 10).
3. Pewarnaan Negatif
Beberapa bakteri sulit diwarnai dengan zat warna basa.
Tapi mudah dilihat dengan pewarnaan negatif. Zat warna tidak akan mewarnai sel
melainkan mewarnai lingkungan sekitarnya, sehingga sel tampak transparan dengan
latar belakang hitam.
Prosedur:
No.
|
Prosedur
|
1.
|
Ambil dua object
glass, teteskan nigrosin atau tinta cina di ujung kanan salah satu object
glass.
|
2.
|
Biakan diambil lalu diulaskan atau diteteskan dalam
tetesan nigrosin tadi, lalu dicampurkan.
|
3.
|
Tempelkan
sisi object glass yang lain kemudian gesekkan ke samping kiri.
|
4.
|
Biarkan preparat mengering di udara, jangan
difiksasi atau dipanaskan di atas api.
|
4. Pewarnaan Gram
Adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan
paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan
tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada
tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya
lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan
gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram
positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan
baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis
membran sel.
Berikut merupakan tabel prosedur pewarnaan Gram:
No.
|
Cara Kerja
|
Dampak dan Hasil
|
1.
|
Buat preparat ulas (Smear) yang telah difiksasi dari
bakteri gram positif misalnya Escherichia
coli.
|
Sel bakteri tertempel pada
permukaan kaca (Object Glass).
|
2.
|
Teteskan
kristal violet sebagai pewarna utama pada kedua preparat, usahakan semua
ulasan terwarnai dan tunggu selama kurang lebih 1 menit.
|
Kristal
ungu akan mewarnai seluruh permukaan sel bakteri gram positif dan negatif.
|
3.
|
Cuci dengan akuades mengalir.
|
-
|
4.
|
Teteskan
mordant (Lugol’s iodine) lalu
tunggu selama kurang lebih 1 menit.
|
Adanya
Lugol’s iodine menyebabkan adanya
ikatan CV dengan Iodine yang akan
meningkatkan afinitas pengikatan zat warna oleh bakteri. Pada gram positif
dapat terbentuk CV Iodinribonukleat pada
dinding sel.
|
5.
|
Cuci dengan akuades mengalir.
|
|
6.
|
Beri
larutan pemucat (ethanol 96% atau aseton) setetes demi tetes hingga etanol
yang jatuh berwarna jernih. Jangan sampai terlalu banyak (Overdecolorize).
|
Penetesan
etanol absolut menyebabkan terbentuknya pori – pori pada gram negatif yang
memiliki banyak lapisan lemak (Lipid larut dalam etanol), sehingga komplek CV-Iodine tetap menempel didinding
sel, sel gram negatif menjadi bening.
|
7.
|
Cuci dengan akuades mengalir.
|
|
8.
|
Teteskan
Counterstain (Safranin) dan tunggu
kurang lebih selama 45 detik.
|
Safarin
akan mewarna sel gram negatif menjadi warna merah, sedangkan sel gram positif
tidak terpengaruh. Counterstain hanya
berfungsi sebagai pengontras saja.
|
9.
|
Cuci dengan akuades mengalir.
|
|
10.
|
Keringkan
preparat dengan kertas tissue yang ditempelkan disisi ulasan (jangan sampai
merusak ulasan) lalu biarkan mengering diudara.
|
-
|
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pewarnaan gram adalah sebagai
berikut :
1. Fase yang paling kritis dari prosedur di atas adalah
tahap dekolorisasi yang mengakibatkan CV-iodine lepas dari sel. Pemberian
ethanol jangan sampai berlebih yang akan menyebabkan overdecolorization
sehingga sel gram positif tampak seperti gram negatif. Namun juga jangan sampai
terlalu sedikit dalam penetesan etanol (underdecolorization) yang tidak akan
melarutkan CV-iodine secara sempurna sehingga sel gram negatif seperti gram
positif.
2. Preparasi pewarnaan gram terbaik adalah menggunakan
kultur muda yang tidak lebih lama dari 24 jam. Umur kultur akan berpengaruh
pada kemampuan sel menyerap warna utama (CV), khususnya pada gram positif.
Mungkin akan menampakkan gram variabel yaitu satu jenis sel, sebagian berwarna
ungu dan sebagian merah karena pengaruh umur. Walaupun ada beberapa species
yang memang bersifat gram variabel seperti pada genus Acinetobacter dan
Arthrobacter.
5. Pewarnaan Endospora
Anggota dari genus Clostridium, Desulfomaculatum dan
Bacillus adalah bakteri yang memproduksi endospora dalam siklus hidupnya.
Endospora merupakan bentuk dorman dari sel vegetatif, sehingga metabolismenya
bersifat inaktif dan mampu bertahan dalam tekanan fisik dan kimia seperti
panas, kering, dingin, radiasi dan bahan kimia. Tujuan dilakukannya pewarnaan
endospora adalah membedakan endospora dengan sel vegetatif, sehingga
pembedaannya tampak jelas.
Endospora tetap dapat dilihat di bawah mikroskop
meskipun tanpa pewarnaan dan tampak sebagai bulatan transparan dan sangat
refraktil. Namun jika dengan pewarnaan sederhana, endospora sulit dibedakan
dengan badan inklusi (kedua-duanya transparan, sel vegetatif berwarna),
sehingga diperlukan teknik pewarnaan endospora.
Berikut merupakan prosedur pewarnaan endospora dengan metode
Schaeffer-Fulton :
No.
|
Cara Kerja
|
Dampak atau Hasil
|
1.
|
Buat
preparat ulas dari Bacillus subtilis lalu
tutup dengan kertas merang.
|
Sel
bakteri menempel pada permukaan Object glass.
Malachite green akan
mewarnai sel vegetatif bakteri. Endospora sukar menyerap warna, warna
tersebut sulit dilunturkan.
Untuk
mewarnainya dilakukan pemanasan untuk mempermudah penetrasi Malachite green ke dinding endospora.
|
2.
|
Tetesi
ulasan pada object glass dengan Malachite
green diatas air yang mendidih. Biarkan 5 menit. Dijaga jangan sampai
kering. Jika bagian pinggir mulai mengering, tambahkan lagi Malachite green.
|
|
3.
|
Setelah
dingin, bilas Object glass dengan akuades mengalir.
|
Air
digunakan sebagai agen dekolorasi sel. Setelah perlakuan diatas Malachite green tidak melekat kuat
dengan sel vegetatif. Pembilasan akuades akan melunturkan Malachite green pada sel vegetatif.
|
4.
|
Tetesi
dengan safranin sebagai Counterstain, diamkan
delama lebih dari 45 detik.
|
|
5.
|
Cuci
kering dan anginkan.
|
-
|
C. Mengamati Motilitas
1. Pengamatan
Langsung
Cara Kerja :
a. Teteskan biakan bakteri motil seperti Bacillus atau
E.coli ke object glass (sebaiknya dari biakan cair). Jika digunakan biakan
padat maka ulas dengan jarum inokulum lalu ditambah akuades satu tetes,
ratakan.
b. Tutup dengan cover glass.
c. Amati menggunakan mikroskop dengan perbesaran
maksimak. Bakteri akan tampak transparan dan pola pergerakannya tidak
beraturan. Hati-hati jangan salah membedakan antara sel yang bergerak sendiri
karena flagel atau bergerak terkena aliran air.
2. Pengamatan Tidak langsung
Cara Kerja :
a. Tanam biakan
pada media NA tegak atau Media Motilitas dengan cara tusuk (Stab inoculation)
sedalam + 5 mm.
b. Inkubasi
pada suhu 37°C selama 1x
24 jam.
c. Hasil
positif (motil) jika bakteri tumbuh pada seluruh permukaan media, hasil negatif
menunjukan bakteri hanya tumbuh pada daerah tusukan saja.
d. Bakteri
motil akan bermigrasi ke seluruh permukaan agar dan bekas tusukan.
D. Mengamati Morfologi Koloni Yeast
1. Tanam biakan yeast (dapat berupa Sacharomyces
cereviceae atau Candida albicans) pada PDA dengan cara streak quadrant.
2. Inkubasi selama 2x24 jam.
3. Setelah didapatkan koloni tunggal, pengamatan
ciri-ciri morfologi koloni hampir sama dengan ciri morfologi bakteri.
E. Mengamati Morfologi Sel Yeast
Yeast merupakan fungi mikroskopik uniseluler, tidak
membentuk hifa (beberapa spesies dapat membentuk pseudohifa). Bentuk selnya
bervariasi dapat berbentuk bulat, bulat telur, bulat memanjang dengan ukuran
1-9x20 μm. Beberapa spesies yeast memiliki sifat dimorfisme yaitu bentuk sel
tunggal dan bentuk hifa atau pseudohifa. Pseudohifa adalah hifa yeast yang
terbentuk dari rangkaian sel hasil pembelahan aseksual secara budding, tetapi
tidak melepaskan diri dari induk. Morfologi internal sel mudah dilihat dan
terdiri dari inti dan organel seperti mitkondria, grannula lemak dan glikogen.
1. Melihat Bentuk Sel Yeast
Cara Kerja :
a. Tumbuhkan Sacharomyces
cereviceae pada glukosa cair selama 24 jam.
b. Ulaskan
suspensi biakan pada object glass lalu teteskan Methilene Blue hingga rata
(jangan difiksasi).
c. Tutup
preparat dengan cover glass.
d. Amati dengan
perbesaran 40x10 atau 100x10.
2. Melihat Bentuk Spora Sel
Yeast
Cara kerja :
a. Buat
preparat ulas dari biakan yeast pada Goodkowa Agar yang berumur 10 hari.
b. Fiksasi
dengan api bunsen.
c. Warnai
dengan cara Shager dan Fulgen yaitu:
1) Tetesi
preparat dengan Malachite Green dan biarkan 30-60 detik.
2) Panasi
preparat dengan api bunsen selama + 30 detik (sampai timbul uap).
3) Cuci
preparat dengan air mengalir.
4) Keringkan
dengan tissue kemudian biarkan pada udara terbuka.
5) Amati di
bawah mikroskop. Perhatikan spora yang berwarna.
F. Kapang atau Jamur
Jamur merupakan mikroba dengan struktur talus berupa
benang-benang (hifa) yang terjalin seperti jala (myselium). Hifa dapat berekat
(septat) dengan inti tunggal/ lebih dan hifa tidak bersekat (aseptat).
Penampakan morfologi koloni pada umumnya seperti benang (filamentous) yang
pertumbuhannya membentuk lingkaran. Morfologi koloninya dapat dengan mudah
dibedakan dengan bakteri walaupun ada beberapa jenis bakteri yang koloninya
mirip jamur, seperti dari kelompok Actinomycetes atau Bacillus mycoides. Koloni
kapang memiliki keragaman warna yang muncul dari sporanya.
1.
Mengamati
Morfologi Koloni Kapang
Cara kerja :
a. Tanam/pindahkan
biakan kapang dengan jarum inokulum needle yang diletakan di tengah-tengah
cawan petri.
b. Inkubasi
selama beberapa hari.
c. Amati
pertumbuhan koloni (miselium) yang menyebar.
2.
Mengamati
Sel Morfologi Dengan Metode Slide Culture (Microculture)
Teknik
ini bertujuan untuk mengamati sel kapang dengan menumbuhkan spora pada object
glass yang ditetesi media pertumbuhan. Pengamatan struktur spora dan miselium
dapat juga dilakukan dengan preparat ulas seperti yang telah diuraikan di
depan. Namun seringkali miselium atau susunan spora menjadi pecah atau terputus
sehingga penampakan di mikroskop dapat membingungkan. Dengan teknik ini, spora
dan miselium tumbuh langsung pada slide sehingga dapat mengatasi masalah
tersebut.
a. Metode Heinrich’s
Cara
Kerja :
1)
Siapkan object glass, cover glass, tissue basah yang
dimasukkan dalam cawan dan sterilkan dengan autoclave.
2)
Setelah selesai sterilisasi berikan lilin (parafin-petrolatum)
steril pada sebelah kiri dan kanan tempat yang akan ditutup cover glass
(aseptis).
3)
Tutup dengan cover glass.
4)
Teteskan suspensi spora jamur dalam media cair pada
media cover glass yang tidak diberi lilin. Berikan sampai setengah luasan cover
glass. Tekan cover galss secara media merata.
5)
Inkubasi pada suhu kamar selama 3x24 jam.
6)
Ambil preparat dan amati di bawah mikroskop.
b. Metode Riddel
Cara
Kerja :
1)
Persiapan sama seperti di atas.
2)
Setelah semua steril, potong media Saboraud Dextrose Agar
steril berbentuk kubus dan letakkan di atas object glass.
3)
Inokulasikan spora jamur pada bagian atau potongan
agar.
4)
Tutup potongan agar dengan cover glass.
5)
Inkubasi pada suhu kamar selama 3x24 jam.
6)
Ambil preparat dan diamati di bawah mikroskop.
c. Prosedur Sedernaha
Cara
Kerja :
1)
Sterilkan cawan petri yang berisi kapas yang di
atasnya terdapat object glass dan cover glass.
2)
Siapkan media PDA dan dijaga supaya tetap cair.
3)
Teteskan media PDA pada object glass secara aseptis
lalu tunggu memadat (teteskan jangan terlalu banyak).
4)
Belah media yang memadat dengan jarum inokulum yang
berujung L.
5)
Ulaskan spora jamur yang akan diamati pada belahan
tersebut.
6)
Tutup dengan cover glass tepat di atas media dan tekan
hingga merata.
7)
Inkubasi selama 2x24 jam.
8)
Amati pertumbuhan miselium dan spora pada object glass
dengan perbesaran sedang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar