Minggu, 15 Agustus 2021

Kerusakan Minyak

Kerusakan Minyak

  • Pemakaian minyak yang berulang kali dapat menyebabkan adanya perubahan pada minyak, hal tersebut ditandai dengan penampakan minyak yang menjadi kotor dan berwarna coklat.
  • Tingkat kerusakan minyak goreng berbanding lurus dengan intensitas penggunaannya.
  • Semakin sering minyak goreng digunakan, tingkat kerusakan minyak goreng juga semakin tinggi.
  • Proses penggunaan minyak goreng yang berulang-ulang juga menghasilkan zat yang bersifat toksik dan membahayakan manusia. 
  • Apabila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak goreng bekas penggorengan mengandung senyawa bersifat karsinogenik yang terbentuk selama proses penggorengan berlangsung.
  • Adanya senyawa bersifat karsinogenik dalam minyak disebabkan suhu pemanasan yang cukup tinggi, yaitu sekitar suhu 300-350 derajat celcius. Hal tersebut dibuktikan dari bahan pangan berlemak yang teroksidasi dan dapat mengakibatkan pertumbuhan kanker dalam hati.
  • Kerusakan minyak goreng dapat mengakibatkan terjadinya proses oksidasi, hidrolisis, dan polimerisasi sehingga dapat menimbulkan bau dan rasa tengik pada minyak.
  • Kerusakan lain yang terdapat pada minyak goreng meliputi : peningkatan kadar Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid (FFA), perubahan indeks refraksi, peningkatan bilangan peroksida, timbulnya kekentalan minyak, terbentuknya busa dan adanya kotoran dari bumbu yang digunakan dari bahan yang digoreng.

Kerusakan minyak terdiri atas :

  1. Ketengikan.
  2. Hidrolisis.
  3. Polimerasi.
  4. Perubahan Warna.

Sabtu, 14 Agustus 2021

Trigliserida Pada Minyak Kelapa Sawit

Trigliserida Pada Minyak Kelapa Sawit

  • Minyak adalah lemak yang berasal dari tumbuhan yang berupa zat cair dan mengandung asam lemak tidak jenuh.
  • Minyak goreng yaitu minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan.
  • Dalam proses penggorengan, minyak goreng berfungsi sebagai :
    1. Media penghantar panas.
    2. Penambah rasa gurih.
    3. Penambah nilai gizi dan kalori pada makanan.
  • Minyak goreng nabati dapat diproduksi dari kelapa sawit, kelapa, ataupun jagung.
  • Minyak kelapa sawit memiliki berbagai keunggulan dibandingkan minyak nabati lainnya. Berikut merupakan beberapa keunggulan dari minyak kelapa sawit yaitu :
    1. Minyak nabati yang paling murah karena produktivitas sawit sangat tinggi.
    2. Mengandung betakaroten dan tokoferol.
    3. Terkandung banyak Vitamin K dan magnesium.
    4. Tidak perlu dilakukan hidrogenasi parsial untuk pembuatan margarin dan minyak goreng.
  • Minyak kelapa sawit terdiri atas trigliserida seperti lemak dan minyak lainnya.
  • Minyak kelapa sawit merupakan ester dari gliserol dengan tiga molekul asam lemak.

Reaksi Pembentukan Trigliserida

  • Apabila R1, R2, dan R3 atau ketiga asam lemak penyusunnya sama, maka trigliserida ini disebut trigliserida sederhana.
  • Apabila salah satu atau lebih asam lemak penyusunnya tidak sama maka disebut dengan trigliserida campuran.
  • Asam lemak merupakan rantai hidrokarbon yang setiap atom karbonnya mengikat satu atau dua atom hidrogen, kecuali atom karbon terminal mengikat tiga atom hidrogen dan tiga atom terminal lain mengikat gugus karboksil.
  • Asam lemak yang rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan rangkap disebut asam lemak tidak jenuh.
  • Asam lemak yang rantai hidrokarbonnya tidak terdapat ikatan rangkap disebut asam lemak jenuh.
  • Semakin jenuh molekul asam lemak dalam molekul trigliserida, maka semakin rendah titik cair minyak tersebut. Sehingga dalam suhu kamar biasanya berada pada fase cair.
  • Semakin tidak jenuh asam lemak dalam molekul trigliserida, maka semakin tinggi titik cair minyak tersebut. Sehingga pada suhu kamar berada pada fase padat.
Komposisi Trigliserida dalam Minyak Kelapa Sawit
  1. Tripaltamin : 3-5%
  2. Dipalmito-Stearin : 1-3%
  3. Oleo-Miristopalmatin : 0-5%
  4. Oleo-Dipaltamin : 21-43%
  5. Oleo-Palmitostearine : 10-11%
  6. Palmito-Diolein : 32-48%
  7. Stearo-Diolein : 0-16%
  8. Linoleo-Diolein : 3-12%

Komposisi Asam Lemak Pada Minyak Kelapa Sawit
  1. Asam Miristat : 1,1-2,5%
  2. Asam Palmitat : 40-46%
  3. Asam Stearat : 3,6-4,7%
  4. Asam Oleat : 30-45%
  5. Asam Linoleat : 7-11%
Komposisi Non-Trigliserida dalam Minyak Sawit
Komponen ini mempengaruhi warna dan flavour minyak dan berperan dalam proses terjadinya ketengikan.
  1. Lipid Kompleks (Lesithin, Cephalin, Fosfatida, dan Glikolipid).
  2. Sterol (berada dalam keadaan bebas atau terikat dengan Asam Lemak Bebas).
  3. Asam Lemak Bebas.
  4. Lilin.
  5. Pigmen yang larut dalam lemak.
  6. Hidrokarbon.
Beberapa Hal yang Mempengarugi Sifat-Sifat Minyak
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi sifat-sifat minyak adalah asam lemak penyusunnya, yaitu Asam Lemak Jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA) dan Asam Lemak Tak Jenuh (Unsaturated Fatty Acid/UFA) yang terdiri atas :
  1. Mono-Unsaturated Fatty Acid (MUFA).
  2. Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA).
  3. High Unsaturated Fatty Acid (HUFA).
Para ahli biokimia dan ahli gizi lebih mengenalnya dengan sebutan Asam Lemak Tak Jenuh Omega 3, Omega 6, dan Omega 9.

Parameter Berdasarkan Ketidakjenuhan

Iodine Value (IV)

  1. Nilai Iodine Value (IV) merupakan nilai yang menunjukkan tingkat ketidakjenuhan minyak.
  2. Prinsip analisis Iodine Value (IV) adalah asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dapat menyerap sejumlah iodine dan membentuk senyawa yang jenuh.
  3. Banyaknya jumlah yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh.
  4. Bilangan iodine dinyatakan dalam jumlah gram iod yang diserap oleh 100 gram minyak.
  5. Semakin tinggi nilai Iodine Value (IV) dinyatakan bahwa kandungan asam lemak tak jenuhnya banyak, sehingga ikatan rangkap (tak jenuh) dalam minyak juga banyak. Hal tersebut mengindikasikan tampilan fisiknya yang semakin cair, jernih, dan tidak mudah berkabut (Cloudy).
  6. Semakin banyak ikatan rangkap dari suatu senyawa maka jenisnya mendekati satu, ketika masa jenisnya mendekati satu maka minyak semakin cair.
  7. Selain itu, jika nilai Iodine Value (IV) tinggi menunjukkan bahwa fraksi padat (Stearin) sedikit, sedangkan fraksi cair (Olein) banyak.
  8. Semakin rendah nilai Iodine Value (IV) menunjukkan bahwa kandungan asam lemak tak jenuhnya sedikit, sehingga ikatan rangkap (tak jenuh) yang ada pada minyak juga sedikit.
  9. Rendahnya nilai Iodine Value (IV) mengindikasikan tampilan fisiknya yang semakin kental dan mudah berkabut (Cloudy).
  10. Minyak dengan nilai Iodine Value (IV) yang kecil mengindikasikan bahwa minyak tersebut semakin tahan panas, akibatnya minyak akan susah dicerna ole tubuh. Hal tersebut dikarenakan melting point yang ada diatas suhu tubuh.
  11. Minyak yang memiliki nilai Iodine Value (IV) rendah mempunyai melting point 40 derajat celcius, sedangkan suhu tubuh hanya berkisar antara 36-37 serajat celcius. Ole sebab itu, minyak dengan Iodine Value (IV) rendah tidak dapat meleleh secara sempurna.
  12. Metode yang digunakan dalam analisis Iodine Value (IV) yaitu dengan menggunakan reagen wijs.
  13. Syarat penting dalam analisis ini yaitu sample yang akan dianalisis harus memiliki ikatan rangkap.
  14. Ikatan rangkap yang ada nantinya akan bereaksi dengan iodine yang terdapat dalam larutan wijs sehingga ikatan rangkapnya putus.
  15. Hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam analisis Iodine Value (IV) yaitu larutan wijs yang ditambahkan harus tepat. Hal tersebut bertujuan agar memudahkan dalam proses analisis seberapa banyak ikatan rangkap yang terdapat dalam minyak tersebut.
  16. Sebagian larutan wijs ini nantinya akan bereaksi dengan air dan Kalium Iodida (KI) membentuk gas I2. 
  17. Adanya gas I2 nantinya akan dihitung sebagai larutan wijs yang lebih atau yang tidak bereaksi dengan ikatan rangkap.
  18. Sehingga apabila kita tau larutan wijs awal dan sisa, maka jumlah larutan wijs yang bereaksi dengan ikatan rangkap akan didapatkan.
  19. Sedangkan untuk gas I2 yang terbentuk nantinya akan dititrasi dengan Na2S2O3.

Parameter Penyebab Reaksi Oksidasi

Reaksi Oksidasi

Dalam minyak, proses oksidasi sangat mudah terjadi. Proses oksidasi tersebut disebabkan karena adanya kandungan ikatan tak jenuh pada minyak. Berikut faktor-faktor yang dapat mempercepat proses oksidasi yaitu :

  • Logam

Adanya logan Fe, Cu serta beberapa jenis logam lainnya pada minyak dapat membuat minyak mengalami oksidasi. Hal tersebut dikarenakan logam-logam tersebut berperan sebagai katalis yang akan mempengaruhi laju reaksi semakin cepat.

  • Suhu

Adanya peningkatan suhu atau pemanasan dapat menyebabkan molekul yang terdapat di dalam minyak semakin tidak beraturan. Hal tersebut menyebabkan nilai entalpi menjadi besar, sehingga kemungkinan untuk bertumbukan dan bereaksi semakin cepat.

  • Oksigen

  1. Adanya senyawa oksigen yang masih mempunyai elektron bebas nantinya akan menyerang ikatan rangkap yang terkandung dalam minyak dan membentuk senyawa peroxide. 
  2. Adanya reaksi dengan oksigen akan menyebabkan minyak teroksidasi dan menjadi tidak stabil. Reaksi yang berkelanjutan nantinya akan membentuk aldehid dan keton yang dapat menyebabkan bau minyak menjadi tengik.

Peroxide Value (PV)

  1. Pengujian Perxide Value (PV) bertujuan untuk mengetahui oksidasi primer dari minyak yang dinyatakan dalam bilangan peroksida.
  2. Bilangan peroksida adalah nilai terpenting dalam menentukan derajat kerusakan pada minyak.
  3. Asam lemak tidak jenuh akan mengikat oksigen dalam ikatan rangkap minyak sehingga membentuk peroksida.
  4. Peroksida yang ada dapat menyebabkan bau tengik pada minyak.
  5. Untuk mengetahui adanya senyawa peroksida dalam minyak dapat dilakukan analisis dengan menggunakan metode iodometri.
  6. Nilai Perxide Value (PV) menunjukkan jumlah miligram ekuivalen peroksida per-1000 gram sample.
  7. Semakin tinggi nilai Perxide Value (PV), maka minyak akan lebih mudah mengalami ketengikan.
  8. Selain itu, nilai Perxide Value (PV) yang cukup tinggi juga dapat menyebabkan kestabilan minyak menurun dan minyak bersifat karsinogenik.
  9. Pengujian Perxide Value (PV) dilakukan dengan cara mereduksi peroksida yang terdapat dalam sample dengan menambahkan Kalium Iodida (KI) jenuh sebagai reagen sehingga terbentuk I2 bebas yang kemudian akan ditetapkan kadarnya dengan Na2S203 menggunakan prinsip titrasi redoks. 
  10. Kadar I2 yang dibebaskan akan mengindikasikan banyaknya peroksida yang terdapat dalam sample.

Selasa, 10 Agustus 2021

Parameter Penyebab Reaksi Hidrolisis

Moisture (Kadar Air)

  1. Moisture atau kadar air dalam sample minyak perlu dilakukan analisis. Hal tersebut dikarenakan kandungan air dapat menyebabkan pertumbuhan mikroba yang dapat memproduksi enzim. Selain itu, adanya air akan bereaksi dengan trigliserida menghasilkan Free Fatty Acid (FFA) dan gliserol.
  2. Dalam proses pengolahan, tingginya nilai kadar air dalam sample dapat mengakibatkan waktu reaksi yang dibutuhkan menjadi lebih lama. Dampaknya, hasil yang diperoleh kurang maksimal.
  3. Sedangkan dalam produk minyak apabila kandungan Moisture cukup tinggi dapat mempercepat laju hidrolisis yang dapat mengakibatkan kandungan Free Fatty Acid (FFA) cepat naik dan dapat merusak kestabilan minyak.

Dibawah ini merupakan beberapa metode analisis Moisture yang dapat dilakukan pada sample minyak :

  • Metode Hot Plate
    1. Digunakan untuk analisis kandungan Moisture pada Crude Palm Oil (CPO).
    2. Tahapan yang dilakukan pada metode ini yaitu : menimbang sample Crude Palm Oil (CPO), ditambahkan garam, dan dipanaskan menggunakan hot plate.
    3. Jika kandungan Moisture pada minyak cukup tinggi, maka dapat dilihat dengan adanya percikan air dan uap diatas minyak. Hal tersebut juga menandakan bahwa kualitas produk kurang baik.
  • Metode Kalfiser
    1. Digunakan untuk analisis sample dengan menggunakan media reagen.
    2. Jenis reagen yang digunakan merupakan campuran dari Iodin Sulfur Dioksida dan Pridin dalam Methanol.
    3. Kelemahan dari jenis metode ini yaitu harga pelarut yang cukup mahal.
  • Metode Nier Infrared (NIR)
    1. Prinsip pengujian dari jenis metode ini yaitu menggunakan instrumen yang bernama Nier Infrared.
    2. Nier Infrared akan bekerja secara otomatis setelah dimasukkan data standart Moisture untuk Olein dan Crude Palm Oil (CPO).
    3. Setelah dimasukkan data tersebut, maka secara otomatis instrumen akan mengeluarkan digit angka untuk menunjukkan nilai Moisture dalam sampel yang telah dimasukkan.
  • Metode Oven (Pengeringan)
    1. Merupakan jenis metode analisis kandungan Moisture yang paling mudah.
    2. Tahapan yang dilakukan dari jenis metode ini yaitu : menguapkan air dengan jalan pemanasan, selanjutnya sample didinginkan, dan ditimbang hingga mencapai bobot konstan.

Parameter Penyebab Reaksi Hidrolisis

Free Fatty Acid (FFA)

  • Free Fatty Acid atau yang juga dapat disebut dengan Asam Lemak Bebas merupakan produk yang dihasilkan ketika suatu trigliserida mengalami reaksi hidrolisis.
  • Terjadinya reaksi hidrolisis dapat menyebabkan kerusakan pada minyak. Hal tersebut disebabkan karena adanya asam lemak dan gliserol yang dihasilkan dari reaksi hidrolisis yang terjadi.
  • Minyak merupakan senyawa non-polar, sedangkan asam lemak dan gliserol merupakan senyawa polar, sehingga apabila kandungan asam lemak dan gliserol dalam minyak berlebih dapat menyebabkan minyak tersebut cepat rusak.
  • Tujuan dilakukan analisis Free Fatty Acid pada sample yaitu untuk mengetahui presentase asam lemak bebas yang tidak terikat oleh senyawa trigliserida dalam minyak.
  • Minyak yang telah rusak apabila digunakan dapat menyebabkan rasa gatal pada tenggorokan.
  • Kerusakan pada minyak dapat dipengaruhi karena adanya nilai Free Fatty Acid yang cukup tinggi akibat proses hidrolisis yang terjadi. Oleh karena itu, kandungan Free Fatty Acid pada minyak hendaknya harus ditekan sekecil mungkin. Hal tersebut dikarenakan minyak juga merupakan produk makanan. Harapannya, dengan kandungan Free Fatty Acid yang rendah minyak tidak membahayakan saat dikonsumsi oleh konsumen.
  • Semakin rendah kandungan Free Fatty Acid, maka semakin baik pula kualitas pada minyak tersebut.
  • Untuk analisis kandungan Free Fatty Acid dilakukan dengan prinsip titrasi Asam-Basa (Asidi-Alkalimetri) dimana asam lemak yang terdapat pada minyak akan dititrasi dengan basa kuat berupa Natrium Hidroksida (NaOH).

Minggu, 08 Agustus 2021

Karakteristik Bahan Baku Utama dan Bahan Baku Penunjang dalam Pembuatan Minyak Goreng Sawit

Karakteristik Bahan Baku Utama dan Bahan Baku Penunjang dalam Pembuatan Minyak Goreng Sawit


Bahan Baku Utama 
  • Crude Palm Oil (CPO) 
Komponen penyusun minyak kelapa sawit terdiri dari trigliserida. Asam lemak penyusun trigliserida terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Adapun komposisi asam lemak yang terdapat pada Crude Palm Oil (CPO) sebagai berikut :

  1. Asam Kaprilat : CH3(CH2)6COOH : -
  2. Asam Kaproat : CH3(CH2)8COOH : -
  3. Asam Laurat : CH3(CH2)10COOH : -
  4. Asam Miristat : CH3(CH2)12COOH : 1,1-2,5 
  5. Asam Palmitat : CH3(CH2)14COOH : 39-45
  6. Asam Stearat : CH3(CH2)16COOH : 3,6-3,7
  7. Asam Oleat : CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH : 40-46
  8. Asam Linoleat : CH3(CH2)4=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH : 7,0-11,0

Bahan Baku Penunjang 
  • Phosporic Acid (PA)
  1. Phosporic Acid (PA) pertama kali diolah oleh Boyle pada tahun 1694 dengan cara melarutkan P4O10 dalam air setelah ditemukannya unsur phospor. 
  2. Phosporic Acid (PA) juga dikenal dengan sebutan Asam Fosfat. 
  3. Umumnya Asam Fosfat digunakan dalam proses produksi pupuk pertanian, pembersih, dan farmasi. 
  4. Sedangkan dalam proses pengolahan minyak, Phosporic Acid (PA) yang digunakan memiliki konsentrasi 85% dalam jerrycan 35 kg. 
  5. Peran Asam Fosfat dalam industri minyak goreng sawit umumnya digunakan dalam proses penghilangan getah. 
Dibawah ini merupakan sifat fisika dan kimia dari Phosporic Acid (PA) yaitu :

  1. Memiliki rumus molekul H3PO4.
  2. Memiliki berat molekul 97,994 gr/mol.
  3. Memiliki densitas 1,88 gr/cm3.
  4. Berupa cairan kental jernih dan tidak berwarna. 

  • Bleaching Earth (BE)
  1. Bleaching Earth (BE) merupakan sejenis clay yang berasal dari bumi yang kaya akan mineral dan dapat digunakan dalam proses penyerapan, pemucatan warna, dan penyaringan. 
  2. Setelah digunakan Bleaching Earth (BE) harus diproses kembali agar dapat digunakan ataupun dibuang sebagai limbah.  
  3. Bleaching Earth (BE) juga memiliki kandungan berupa zat besi, magnesium, dan kalsium, sedangkan kandungan terbesarnya berupa aluminium dan silika yang berfungsi sebagai adsorben.
  4. Penamaan Bleaching Earth (BE) berasal dari kemampuannya untuk menghilangkan pigmen warna dari minyak dan kandungan bahan kimia lainnya.
  5. Penambahan Bleaching Earth (BE) tergantung dari kualitas Crude Palm Oil (CPO) dan kualitas minyak yang ingin diproduksi. 

Proses Singkat Pembuatan Minyak Goreng Sawit

Proses Singkat Pembuatan Minyak Goreng Sawit


Bahan baku yang umumnya digunakan untuk memproduksi minyak goreng sawit yaitu Crude Palm Oil (CPO).
Dalam proses pengolahannya, Crude Palm Oil (CPO) melalui 2 plant, yaitu : Refinery Plant dan Fraksinasination Plant serta beberapa proses lain untuk membuat minyak yang lebih berkualitas.

Refinary Plant
  • Degumming
    1. Crude Palm Oil (CPO) masuk sebagai Feed.
    2. Crude Palm Oil (CPO) dipanaskan dengan suhu tinggi.
    3. Crude Palm Oil (CPO) ditambahkan dengan Phosporic Acid (PA). Phosporic Acid (PA) berfungsi sebagai pengikat gum (getah).
    4. Selanjutnya dilakukan proses pengadukan dengan tujuan agar Phosporic Acid (PA) yang ditambahkan ke dalam Crude Palm Oil (CPO) tercampur secara homogen.
  • Bleaching
  1. Setelah itu, Crude Palm Oil (CPO) memasuki proses ke-2, yaitu proses bleaching.
  2. Dalam proses ini terjadi penambahan Bleaching Earth (BE). Proses penambahan Bleaching Earth (BE) dilakukan dalam suhu tinggi. Bleaching Earth (BE) sendiri memiliki fungsi sebagai pemucat warna pada Crude Palm Oil (CPO). Semakin banyak penggunaan Bleaching Earth (BE) menunjukkan bahwa kualitas dari Crude Palm Oil (CPO) kurang baik.
  3. Crude Palm Oil (CPO) yang sudah melalui proses tersebut difilter dengan tujuan agar Bleaching Earth (BE) dan getah yang terdapat pada Crude Palm Oil (CPO) hilang, sehingga Crude Palm Oil (CPO) terlihat lebih jernih meskipun masih berwarna.
  4. Hasil dari Crude Palm Oil (CPO) yang sudah melewati proses Degumming dan Bleaching dinamakan dengan Degumming Bleached Palm Oil (DBPO). 
  • Deodorizing
  1. Degumming Bleached Palm Oil (DBPO) yang dihasilkan dipanaskan terlebih dahulu sebelum memasuki tangki deodorizer. 
  2. Dalam proses ini dibutuhkan suhu yang lebih tinggi dengan tujuan agar warna dan kandungan Free Fatty Acid (FFA) dalam Crude Palm Oil (CPO) memudar dan berkurang dalam suhu tinggi tertentu.
  3. Free Fatty Acid (FFA) yang dihasilkan akan ditampung ke dalam tangki tertentu dan menghasilkan Palm Fatty Acid Distilate (PFAD).
  4. Palm Fatty Acid Distilate (PFAD) merupakan hasil samping dari proses deodorizing yang dapat dijual, akan tetapi tidak digunakan sebagai bahan konsumsi, melainkan sebagai bahan dasar dalam pembuatan sabun dan kosmetik.
  5. Untuk hasil utama dari proses deodorizing yaitu Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO).
  6. Sebagian hasil dari Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) ini akan dikirimkan menuju Plant Fraksinasi dan sebagian hasil lainnya dapat dijual.  
Fraksinasination Plant

  • Cristalizer
    1. Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) dilakukan proses pendinginan hingga terbentuk 2 fasa, yaitu fasa cair (olein) dan fasa padat (stearin).
    2. Setelah terbentuk 2 fasa Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) menuju ke proses selanjutnya.
  • Filtrasi
    1. Dalam proses ini, Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) dilakukan proses pemisahan antara fase cair dan fase padat.
    2. Fasa padat (stearin) akan tertinggal dalam mesin filterpress.
    3. Sedangkan untuk fasa cair (olein) akan terserap pada filterpress dan mengalir ke dalam tangki storange.
    4. Fasa padat (stearin) akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan margarin dan shortening, sedangkan fasa cair (olein) dapat dilakukan proses pengemasan.

Sabtu, 07 Agustus 2021

Proses Pengolahan Buah Kelapa Sawit Menjadi Crude Palm Oil (CPO)

Proses Pengolahan Buah Kelapa Sawit Menjadi 
Crude Palm Oil (CPO)


Kualitas hasil minyak (Rendemen) Crude Palm Oil (CPO) yang diperoleh dipengaruhi oleh kondisi buah sawit (Tandan Buah Segar/TBS) yang diterima dan diproses oleh pabril. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi untuk meminimalkan kehilangan (loses) dalam proses pengolahannya. Berikut merupakan tahapan dari proses pengolahan buah kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) :
  • Pengumpulan Tandan Buah Segar (TBS)
Dari kebun kelapa sawit, tandan buah segar diangkut menuju pabrik pengolahan menggunakan truck. Setelah tiba di pabrik pengolahan, semua tandan buah segar segera dilakukan proses penimbangan untuk mengetahui kapasitas dan berat total. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar kualitas Crude Palm Oil yang dihasilkan dalam proses nantinya dapat dikontrol dengan baik.
  • Perebusan Tandan Buah Segar (TBS)
Tandan buah segar yang sudah selesai dilakukan proses penimbangan selanjutya diangkut menggunakan lori pelat baja berlubang menuju tempat perebusan. Lori ini ditempatkan sedemikian rupa di bejana sterilizer untuk dilakukan proses perebusan menggunakan uap air bertekanan 2,2-3,0 kg/cm2.

Proses perebusan dilakukan kurang lebih selama 90 menit untuk mematikan enzim perusak buah, mempermudah dalam perompolan buah dari tandan, dan memudahkan dalam proses pelepasan inti buah dari cangkang.

Hasil dari proses ini adalah kondensat yang memiliki kandungan minyak kelapa sawit sebanyak 0,5% dan tandan buah rebus. Selanjutnya, kondensat dialirkan ke fat pit dan dimasukkan ke thresher dengan hoisting crane.

  • Perontokan Tandan Buah Segar (TBS)
Tandan buah yang sudah direbus selanjutnya dirontokkan dengan menggunakan metode bantingan untuk melepaskan buah sawit dari tandannya. Kemudian buah yang sudah terlepas akan masuk ke fit conveyor dan langsung diteruskan ke digester, Dalam tahap ini, brondolan buah sawit dari tangkai tandan dipisahkan sebanyak 2 kali pemrosesan menggunakan bantuan thresher. Limbah yang dihasilkan dari proses perontokan akan dipindahkan menuju ruang pembakaran untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
  • Pembuatan Crude Palm Oil (CPO)
Brondolan buah selanjutnya diangkut menggunakan fruit conveyor menuju ke digester. Disini daging buah sawit dipisahkan dari bijinya menggunakan uap air dengan suhu 80-90 derajat celcius. Kemudian daging buah sawit dimasukkan ke screw press untuk menekannya hingga menghasilkan Crude Palm Oil. 

Dikarenakan proses pembuatan mnyak goreng dalam tahap ini masih mengandung ampas, maka diperlukan adanya proses pembersihan menggunakan sand trap dan vibrating screen dan selanjutnya ditampung di crude oil tank. 

  • Pemurnian Crude Palm Oil (CPO)
Crude Palm Oil yang dihasilkan dari proses sebelumnya masih kasar, maka perlu dilakukan proses pemurnian. Dalam proses pemurnian ini, Crude Palm Oil dialirkan dari crude oil tank menuju oil purefier untuk memisahkan solid yang mengandung air. Selanjutnya, Crude Palm Oil dialirkan sekali lagi menuju vacum dryer dengan tujuan untuk menghilangkan kadar air sampai ambang batas standar. Tahap akhir dari proses ini yaitu mendistribusikan Crude Palm Oil melalui sarvo balance hingga akhirnya ke oil storange tank.

Kegunaan dari Hasil Pengolahan Crude Palm Oil (PO)

Kegunaan dari Hasil Pengolahan Crude Palm Oil (CPO)


  • Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Minyak Goreng

Manfaat dan kegunaan dari kelapa sawit yang paling utama adalah sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng. Minyak goreng yang hingga saat ini beredar di pasaran merupakan jenis minyak goreng yang berasal dari olahan kelapa sawit. Minyak goreng juga termasuk dalam satu dari sembilan bahan pokok yang banyak digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat.

  • Bahan Pembuatan Mentega 

Mentega merupakan bahan yang sering digunakan untuk berbagai keperluan masyarakat. Salah satu bahan utama dari proses pembuatan mentega adalah minyak kelapa sawit.

  • Sebagai Campuran Bahan Bakar Biodiesel

Diesel merupakan salah satu jenis mesin yang memiliki keunggulan, utamanya untuk kendaraan niaga dan pertambangan yang membutuhkan tenaga dalam jumlah porsi yang besar untuk mengangkut hasil kebun, pertambangan, dan pendistribusian komoditas antar daerah. Selain itu, diesel juga dapat digunkan sebagai pembangkit listrik tenaga diesel. Bahan bakar utama dari diesel dapat diperoleh dengan menggunakan campuran dari minyak kelapa sawit. Hal tersebut dikarenakan campuran dari minyak kelapa sawit dinilai ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar diesel biasa.

  • Sebagai Pelumas

Minyak kelapa sawit yang merupakan salah satu hasil olahan dari kelapa sawit dapat juga dimanfaatkan sebagai pelumas. Kebanyakan pelumas dari minyak kelapa sawit ini digunakan untuk melumasi bagian luar mesin dan juga perangkat lainnya. Bahkan, ada beberapa jenis mesin tidak menggunakan minyak goreng kelapa sawit sebagai bahan campuran pada oli sampingnya.

  • Bahan Pembuatan Lotion dan Cream Kulit

Berbagai macam jenis krim dan pelembut kulit yang biasanya digunakan umumnya terbuat dari bahan baku utama berupa minyak kelapa sawit yang diformulasikan dengan menggunakan berbagai macam bahan berupa serum dan juga vitamin-vitamin baik untuk kesehatan kulit.

  • Bahan Baku Pembuatan Cat

Minyak kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan cat tembok, cat mobil, vernis, dan juga compund yang umumnya digunakan dalam proses pemolesan pada body mobil.

  • Bahan Baku Pembuatan Pasta Gigi

Selain beberapa fungsi dan kegunaan minyak kelapa sawit diatas, minyak kelapa sawit juga dapat digunakan dalam bahan baku pembuatan pasta gigi.

  • Sebagai Dempul

Minyak kelapa sawit merupakan salah sau bahan baku dalam pembuatan dempul. Dempul sendiri merupakan bentuk pasta yang berfungsi untuk perbaikan-perbaikan tertentu pada sebuah patahan di bagian atau permukaan dari besi dan plastik.

  • Sebagai Bahan Baku dalam Industri Baja

Dalam industri baja, minyak kelapa sawit digunakan untuk memberikan lapisan pada baja dan besi agar menjadi lebih tahan terhadap karat dan korosi.

  • Digunakan Sebagai Kompos

Ampas dari buah dan daun kelapa sawit dapat diolah dalam bentuk pupuk kompos. Dimana pupuk kompos ini dapat membantu menyuburkan tanah dan dapat membantu pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik karena terdapat adanya unsur hara.

Sifat Kimia Minyak Goreng

Sifat Kimia Minyak Goreng

  • Hidrolisis

Dalam reaksi hidrolisis, minyak akan dirubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis dapat menyebabkan kerusakan pada minyak atau lemak. Hal tersebut dikarenakan adanya sejumlah air dalam minyak tersebut.

  • Oksidasi

Proses oksidasi berlangsung apabila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi akan mengakibatkan bau tengik pada minyak dan lemak.

  • Hidrogenasi

Proses hidrogenasi bertujuan untuk menumbuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak.

  • Esterifikasi

Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserida dalam bentuk ester. Dengan menggunakan prinsip ini hidrokarbon rantai pendek dalam asam lemak yang menyebabkan bau tidak sedap dapat ditukar dengan rantai panjang yang bersifat tidak menguap.

Kerusakan Minyak

Kerusakan Minyak Pemakaian minyak yang berulang kali dapat menyebabkan adanya perubahan pada minyak, hal tersebut ditandai dengan penampakan...