Corak Kehidupan dan Hasil –
Hasil Budaya Pada Masa Praaksara di Indonesia
Keragaman
kebudayaan masyarakat Indonesia telah berlangsung sejak masa praaksara. Masa
praaksara adalah masa yang berlangsung disaat catatan tertulis belum ditemukan.
Meskipun masyarakat masa praaksara belum mengenal aksara, bukan berarti
masyarakat pada masa praaksara tidak berbudaya.
Secara garis besar
masa praaksara ini terjadi sejak alam semesta terbentuk hingga manusia mulai
dapat menemukan sebuah catatan – catatan tertulis. Masa praaksara terbagi
menjadi 4 zaman yaitu zaman Paleotikum (zaman batu tua), zaman mesolitikum
(zaman batu tengah), zaman Neolitikum (zaman batu muda) dan zaman Megalitikum
(zaman bebatuan besar). Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai sejarah perkembangan
masa praaksara sebagai berikut.
Zaman paleotikum adalah zaman
pertama kali dalam perkembangan pada masa praaksara. Zaman paleotikum ini
sering disebut dengan zaman batu tua. Zaman ini berada pada massa berburu dan
meramu pada tingkat sederhana. Pada zaman paleotikum terdapat 5 manusia
pendukung yang telah hidup dan melakukan kehidupan sehari – hari. Adapun 5
manusia pendukung yang telah hidup pada masa paleotikum sebagai berikut :
Manusia praaksara tertua yang
terdapat dimuka bumi ini yaitu manusia berjenis Meganthropus Paleojavanicus.
Manusia jenis ini ditemukan didaerah Sangiran, Jawa Tengah oleh arkeolog yang
bernama Von Koeningswald dan Marks pada lapisan Pleistosen Bawah.
Ciri – ciri manusia jenis ini
sebagai berikut :
1)
Hidup sekitar 2 juta hingga 1 juta
tahun yang lalu.
2)
Memiliki badan yang tegap dan rahang
yang kuat.
3)
Memiliki tonjolan dibagian kening
dan tonjolan belakang yang kuat.
4)
Tidak memiliki bagian dagu.
5)
Masih mengumpulkan makanan.
6)
Memakan beberapa jenis tumbuhan dan
umbi – umbian.
Manusia praaksara jenis ini
ditemukan oleh Eugene Dubois di sekitar daerah Trinil, jawa Timur. Manusia
berjenis Pithecantropus Erectus ditemukan pada lapisan Pleistosen bagian
Tengah. Sebelum melakukan pengamatan didaerah Trinil, Jawa Timur arkeolog yang
bernama Eugene Dubois mengawali penyelidikannya pada manusia jenis ini di Desa
Kedung Brubus, yaitu desa terpencil didaerah Pilang Kenceng, Madiun, Jawa
Timur.
Adapun ciri – ciri pada manusia
praaksara jenis Pithecantropus Erectus sebagai berikut :
1)
Hidup sekitar 1 juta samapa 700. 000
tahun yang lalu.
2)
Memiliki tinggi badan sekitar 165 –
170 cm.
3)
Memiliki berat badan mencapai 100
kg.
4)
Memiliki volume otak kurang lebih
sebesar 900 CC.
5)
Memiliki badan yang tegap serta
tengkuk yang besar dan kuat.
6)
Memiliki kening dan tonjolan
belakang yang tebal.
7)
Makanan sudah mulai diolah serta
sudah dapat mengkonsumsi daging.
c. Homo
Homo memiliki arti berupa manusia.
manusia jenis ini merupakan manusia yang lebih maju dibandingkan dengan manusia
purba jenis lain. Selain itu manusia jenis ini merupakan manusia praaksara yang
memiliki tingkat kecerdasan yang cukup tinggi.
Adapun ciri – cirinya sebagai
berikut :
1)
Memiliki berat badan sekitar 30 –
150 kg.
2)
Memiliki volume otak lebih dari 1.
350 CC.
3)
Alat yang digunakan untuk kehidupan
sehari – harinya berasal dari batu dan tulang.
4)
Dapat berjalan dengan kondisi badan
yang tegak.
5)
Memiliki muka dan hidung yang lebar.
6)
Memiliki mulut yang masih menonjol.
Dalam perkembangannya terdapat
beberapa manusia jenis ini yang hidup pada zaman paleotikum, diantaranya : Homo
Wajakensis, Homo Soloensis dan Homo Florosiensis. Adapun penjelasan lebih
lanjut mengenai beberapa manusia jenis ini sebagai berikut :
Manusia jenis ini ditemukan oleh Von
Rietschoten yang kemudian diselidiki oleh Eugene Dubois didaerah Wajak,
Tulungangung pada tahun 1889. Sehingga Homo Wajakensis sering disebut dengan
manusia dari Wajak. Homo Wajakensis ini berasal dari lapisan Pleistosen
dibagian Atas.
Manusia jenis ini ditemukan
dilapisan Pleistosen Atas disaat ahli geologi Belanda yang bernama C. Ter Haar
menemukan lapisan tanah disaerah Ngandong, Ngawi, Jawa Timur bersama dengan Ir.
Oppenoorth ditahun 1931 sampai 1932. Pada saat melakukan penyelidikan mereka
menemukan 11 tengkorak fosil Homo Soloensis yang kemudian dilakukan
penyelidikan oleh Von Koeningswald dan Weidenreich. Berdasarkan keadaannya,
manusia jenis Homo Soloensis saat dilakukan penyeidikan bukan lagi berupa kera
melaikan berupa manusia utuh.
Adapun ciri – ciri dari Homo
Wajakensis sebagai berikut :
a)
Memiliki volume otak antara 1. 000 –
1. 200 CC.
b)
Memiliki tinggi badan antara 130
sampai 210 Cm.
c)
Otot tengkuk yang mengalami
penyusutan.
d)
Memiliki muka yang tidak lagi
menonjol kebagian depan.
e)
Bertubuh tegak dan dapat berjalan
dengan lebih sempurna.
Manusia jenis ini ditemukan didaerah
Liang Bua, Manggarai, Pulau Flores pada tahun 2003. Manusia berjenis Homo
Floroensis memiliki tinggi maksimal yang dimiliki yaitu sekitar 106 cm dengan
volume otak 380 CC, oleh karena itu manusia jenis ini dapat diartikan sebagai
manusia bertubuh pendek atau yang sering dikena dengan hobbit. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh beberapa arkeolog manusia berjenis Homo
Floroensis diperkirakan punah sekitar 50. 000 tahun yang lalu.
Corak kehidupan dari zaman
paleotikum atau zaman batu tua yaitu bersifat nomaden atau berpindah – pindah,
manusia pada jenis ini berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari
makanan berupa tumbuhan liar dan kerang ditepi sungai, sehingga dalam berpindah
manusia yang hidup pada zaman ini selalu mecari tempat disekitar lembah atau
sungai karena lebih mudah untuk mencari bahan makanan yang dibutuhkan. Dalam
melakukan kegiatan berpindah – pindah dari satu tempat ketempat yang lain
manusia jenis membentuk suatu kelompok – kelompok kecil yang beranggotakan
sekitar 30 – 50 orang disetiap kelompoknya, dalam berinteraksi manusia yang
hidup pada zaman paleotikum meggunakan bahasa isyarat yang dapat dimengerti oleh
anggota kelompoknya dalam berkomunikasi dikehidupan sehari – hari. Hubungan
silaturahmi yang dilakukan antar anggota juga terjalan dengan sangat erat dan
saling mengayomi satu sama lain. Untuk populasi pertumbuhan kehidupan pada
zaman paleotikum masih sangatlah rendah sekali. Pada zaman ini juga manusia
sudah dapat mengenal dan menggunakan perhiasan – perhiasan primitif tetapi
belum mengenal pembuatan gerabah.
Corak kehidupan ekonomi masyarakat
pada zaman paleotikum yaitu bersifat food gathering yaitu sangat bergantung
pada alam, sehingga manusia jenis ini belum dapat mengolah jenis makanan yang
dibutuhkan. Karena manusia yang hidup pada zaman ini sangat bergantung pada
alam dilakukanlah proses nomaden dari satu tempat ketempat yang lain apabila
kondisi alam tempat tinggal sementara sudah rusak atau tidak dapat diharapkan
lagi. Karena tujuan dari kegiatan nomaden adalah mencari tempat baru yang
dianggap dapat memenuhi kegiatan sehari – harinya.
Hasil kebudayaan pada zaman
paleotikum ini yaitu hasil kebudayaan Ngandong dan hasil kebudayaan Pacitan.
Adapun penjelasan lebih lanut mengenai hasil kebudayaan masyarakat pada zaman
Paleotikum sebagai berikut :
a. Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan ini ditemukan disekitar
daerah Ngandong, Jawa Tengah. Contoh dari hasil kebudayaan Ngandong ini
diantaranya : Flakes.
b. Kebudayaan Pacitan
Kebudayaan ini ditemukan didaerah
Pacitan Jawa timur. Contoh dari hasil kebudayaan Pacitan ini diantaranya yaitu
: Kapak Perimbas, Alat Penetah dan Alat Serpih.
Ciri – ciri alat yang digunakan pada
zaman paleotikum ini masih sangat sederhana dan bersifat kasar apabila
digunakan untuk memotong makanan yang dikumpulkannya. Selain iu pada zaman ini
juga sangat jarang ditemukan kegiatan masak –memasak yang dilakukan oleh
manusia pendukung yang hidup dimasa ini dikarenakan masih sangat bergantung
pada alam (food gathering) dan dikarenakan masayarakat pada zaman ini belum
dapat membuat dan menemukan gerabah sehingga tidak dihasilkan alat – alat
memasak yang dapat digunakan.
Selain itu terdapat beberapa hasil
kebudayaan pada masa paleotikum diantaranya sebagai berikut :
1) Kapak
Perimbas, merupakan kapak yang dihasilkan dari kebudayaan
Homo Erectus. Kapak ini digunakan dengan cara digenggam karena tidak memiliki
tangkai. Cara pembuatan kapak perimbas ini sangatlah kasar dan tidak mengalami
perubahan pada waktu yang lama. Ciri utama pada kapak perimbas ini adalah
terdapat bagian yang tajam disalah satu ujungnya.
2) Kapak
Penetak, bentuk dari kapak penetak ini sama seperti
kapak perimbas. Fungsi dari kapak penetak ini adalah untuk membelah kayu, pohon
dan bambu. Kapak penetak ini dapat ditemukan hampir diseluruh bagian di wilayah
Indonesia. Pada bagian tajam di kapak penetak ini memiliki bentu yang berliku –
liku. Meskipun memiliki beberapa kesamaan dengan kapak perimbas, kapak penetak
ini memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan kapak perimbas.
3) Pahat
Genggam, bentuk dari alat ini berupa pesergi panjang.
Dibagian tajaman pahat genggam disiapkan melalui penyerpihan terjal pada
permukaan atas menuju pinggiran batu. Pahat genggam dibuat dari kalsedon dan
fosil kayu dengan ukuran sedang dan kecil. Ukuran dari pahat genggam ini lebih
kecil dibandingkan dengan kapak genggam. Berdasarkan penafsiran dari beberapa
ahli fungsi dari pahat genggam adalah untuk menggemburkan tanah dalam mencari
umbi yang dapat dimakan.
4) Alat
– Alat dari tulang, bagian tulang yang biasanya
digunakan sebagai alat bantu dalam kehidupan sehari – hari adalah pada bagian
tanduk dan bagian kaki. Fungsi dari alat – alat yang terbuat dari tulang antara
lain yaitu untuk mengorek umbi – umbian yang berasal dari tanah dan mengerat
daging binatang hasil buruan. Tanduk atau tulang yang dikaitkan pada kayu dapat
berfungsi sebagai tombak untuk melakukan perburuan pada binatang atau digunakan
untuk mengangkap ikan.
Pada zaman paleotikum ini tidak dikenal adanya
Tuhan, sehingga manusia pada jenis ini tidak melakukan kegiatan keagamaan dalam
kehidupan sehari – harinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar